DJIA37735.11
LIVE-248.13(-0.65%)
NDX17706.83
LIVE-296.65(-1.65%)

PBB: Virus Corona Krisis Global Terbesar Sejak Perang Dunia II


Thursday, 2 April 2020 17:17 WIB

Global


Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan pandemi virus corona adalah krisis global yang paling menyulitkan sejak Perang Dunia II.

"Suatu kombinasi penyakit yang menjadi ancaman bagi semua orang di dunia dan berdampak pada resesi ekonomi yang mungkin tidak ada duanya dalam sejarah dunia belakangan ini," kata Guterres dalam konferensi pers jarak jauh, Selasa (31/3) malam.

Sekjen PBB itu menyerukan negara-negara kaya dunia untuk menambah kapasitas pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu negara-negara yang kurang mampu dalam menghadapi perebakan virus corona.

Guterres mengakui negara-negara maju seperti Amerika Serikat sedang menghadapi masalah besar dalam menangani pandemi COVID-19.

Namun ia lebih jauh menambahkan, "kekuatan kita hanyalah sekuat sistem kesehatan terlemah dalam dunia yang saling tergantung." Guterres memperingatkan jika virus corona dibiarkan tak terkendali di negara berkembang, wabah itu akan kembali menyebar dengan cepat di seluruh dunia.

Sekjen PBB itu menjelaskan setelah krisis itu berakhir, tatanan sosial ekonomi global perlu diubah.

“Segala hal yang dilakukan selama dan setelah krisis ini harus benar-benar berfokus untuk membangun ekonomi dan masyarakat yang lebih setara, inklusif, dan berkelanjutan sehingga mempunyai daya tahan menghadapi pandemi, perubahan iklim, dan banyak tantangan global lainnya,” kata Guterres lebih lanjut.

Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan, Rabu (1/4), ia "sangat prihatin dengan cepatnya peningkatan dan penyebaran infeksi global."

Tedros mengungkapkan terjadinya "peningkatan yang sangat besar" pandemi COVID-19 dalam lima minggu terakhir. Ia mengatakan jumlah kematian meningkat lebih dari dua kali lipat dalam sepekan terakhir, dan memperkirakan jumlah infeksi akan mencapai satu juta orang dan jumlah kematian mencapai 50.000 jiwa.

Sumber : VOA


RELATED NEWS

POPULAR NEWS

DISCLAIMER

Seluruh materi atau konten yang tersaji di dalam website ini hanya bersifat informatif saja, dan tidak dimaksudkan sebagai pegangan serta keputusan dalam investasi atau jenis transaksi lainnya. Kami tidak bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari penyajian konten tersebut. Semua pihak yang mengunjungi website ini harus membaca Terms of Service (Syarat dan Ketentuan Layanan) terlebih dahulu dan dihimbau untuk melakukan analisis secara independen serta memperoleh saran dari para ahli dibidangnya.