AS harus bersiap-siap mengalami 100 ribu hingga 240 ribu kematian akibat virus corona selama dua bulan mendatang bahkan jika warga Amerika terus menjaga jarak mereka satu sama lain.
Jumlah kematian mencapai puncaknya dalam dua atau tiga pekan mendatang, sebut satgas virus corona Gedung Putih.
“Negara kita sedang berada di tengah-tengah cobaan nasional besar yang belum pernah kita hadapi sebelumnya,” kata Presiden AS Donald Trump, sementara Gedung Putih pada hari Selasa (31/3) secara resmi menetapkan perpanjangan panduan social distancing yang didasarkan pada model-model statistik selama 30 hari. “Ini akan menjadi salah satu dari dua atau tiga pekan terberat yang kita hadapi di negara ini,” kata Trump.
Dua dokter yang berdiri di podium bersama Presiden dan Wakil Presiden Mike Pence lebih banyak memberi pernyataan pahit kepada masyarakat Amerika.
“Ini adalah angka yang perlu kita antisipasi, tetapi kita tidak perlu menerimanya sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan,” kata Dr. Anthony Fauci, direktur Insititut Nasional Penyakit Menular dan Alergi, mengenai prediksi 100 ribu lebih kematian.
“Tidak ada obat ajaib,” kata Dr. Deborah Birx, imunolog yang menjadi koordinator tanggapan di satgas virus corona Gedung Putih. “Tidak ada vaksin atau terapi ajaib,” hanya perilaku yang dapat mengubah arah pandemi virus ini, lanjutnya.
Lebih dari 187 ribu orang di AS telah didiagnosis terjangkit virus corona. Total kematian akibat penyakit itu telah melampaui 3.800 orang, sekitar seperempatnya terjadi di Kota New York. Angka total itu melampaui angka yang dilaporkan di China dan melampaui jumlah korban jiwa pada awalnya dalam serangan teroris di AS pada 11 September 2001.
Kasus pertama COVID-19 di AS dilaporkan di negara bagian Washington pada 29 Februari.
Sumber : VOA