Indeks emas berjangka ditutup di atas $1.800 per ons pada Selasa, 30 Juni 2020 yang berarti pula penutupan pada semester pertama tahun ini. Sepanjang enam bulan terakhir emas menjadi kontrak berjangka paling aktif dan telah naik lebih dari 16% dari posisi pembukaan di awal tahun 2020.
Wabah COVID-19 telah melemahkan beragam sektor usaha dan menyebabkan biaya kesehatan meningkat di banyak negara. Dampak dari hal ini adalah ancaman krisis ekonomi yang menghantui mulai dari Amerika Serikat hingga negara-negara di Asia. Volatilitas ekonomi diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun. Sementara, kebijakan suku bunga rendah dan stimulus moneter – fiskal masih diharapkan sebagai vitamin untuk memulihkan kondisi perekonomian.
Tren harga emas di bulan Juli masih berpotensi melesat di tengah keyakinan investor global terhadap investasi safe haven ini. Para investor belum berani untuk memindahkan portfolio investasi ke instrumen yang lebih berisiko.
Rentang harga emas diperkirakan akan berada di level $1.730 per ons - $ 1.800 per ons. Penguatan dollar terhadap yen masih akan mempengaruhi penurunan harga emas, namun demikian penurunan tersebut tidak akan drastis karena ancaman gelombang kedua COVID-19 dan kembali meningkatnya ketegangan Amerika Serikat dengan Tiongkok karena pandemi ini serta resesi ekonomi yang memicu kekhawatiran berbagai negara negara akan menjadi faktor pemicu kestabilan harga emas di pasar.
Di bulan Juli, selain aspek fundamental umum, para investor sebaiknya mencermati beberapa peristiwa sebagai pertimbangan fundamental lainnya yaitu perubahan kebijakan moneter AS dan langkah Tiongkok merespon tuduhan meradang AS.
Penulis : Andri Darmawan (R&D)
Note : Tulisan ini hanya analisa dan bukan sebagai acuan pasti. Tetap perhatikan perkembangan aspek fundamental dan teknikal dalam bertransaksi serta melakukan keputusan investasi.