DJIA37986.40
LIVE211.02(0.56%)
NDX17037.65
LIVE-356.67(-2.05%)

Pengeluaran Rumah Tangga Jepang Turun seiring Kenaikan Upah Tetap Lemah


Friday, 7 December 2018 08:32 WIB

Rumah tangga Jepang secara tak terduga memangkas pengeluaran pada bulan Oktober seiring kenaikan moderat upah, menunjukkan kelanjutan pelemahan dalam konsumsi yang dapat membebani setiap rebound dari kontraksi ekonomi pada kuartal ketiga.

Pengeluaran rumah tangga turun 0,3 persen dari tahun sebelumnya, penurunan ketujuh tahun ini, kementerian urusan internal mengatakan. Perkiraan median adalah untuk kenaikan 1 persen. Penghasilan tunai tenaga kerja naik 1,5 persen dari tahun sebelumnya, versus perkiraan 1 persen, kementerian tenaga kerja melaporkan, tetapi inflasi memakan kenaikan tersebut dan sedikit lebih tinggi.

Belanja konsumen telah menjadi mata rantai yang hilang seiring Bank of Japan telah mencoba untuk memicu inflasi dan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir. Ekspektasi bahwa pasar tenaga kerja yang secara historis ketat akan menyebabkan kenaikan pembayaran dan pengeluaran yang lebih besar sebagian besar tetap belum terpenuhi.

Pelemahan dalam belanja konsumen menjadi risiko yang lebih besar bagi BOJ karena prospek ekspor, pendorong pertumbuhan utama, berubah suram seiring perang perdagangan AS-Cina dan perlambatan pertumbuhan di China dan ekonomi lainnya.

"Rumah tangga tidak benar-benar berminat untuk berbelanja karena pertumbuhan upah yang lambat dan kenaikan pajak yang dijadwalkan untuk tahun depan," Shinichiro Kobayashi, seorang ekonom di Mitsubishi UFJ Research & Consulting, mengatakan sebelum rilis data.

Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda pada hari Kamis mencatat bahwa pertumbuhan upah tetap lamban mengingat pasar tenaga kerja, tetapi terjebak dengan posisi bank sentral bahwa momentum menuju 2 persen inflasi dipertahankan. BOJ mengadakan pertemuan kebijakan pada 19-20 Desember mendatang.

Upah riil, yang disesuaikan dengan inflasi, turun 0,1 persen. Perkiraan median adalah untuk penurunan 0,3 persen.

Gaji pokok naik 1,3 persen. (Sdm)

Sumber: Bloomberg


RELATED NEWS

POPULAR NEWS

DISCLAIMER

Seluruh materi atau konten yang tersaji di dalam website ini hanya bersifat informatif saja, dan tidak dimaksudkan sebagai pegangan serta keputusan dalam investasi atau jenis transaksi lainnya. Kami tidak bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari penyajian konten tersebut. Semua pihak yang mengunjungi website ini harus membaca Terms of Service (Syarat dan Ketentuan Layanan) terlebih dahulu dan dihimbau untuk melakukan analisis secara independen serta memperoleh saran dari para ahli dibidangnya.